Cara Menghadapi Anak Hiperaktif : Hindari Memberi Label “Nakal” Pada Anak Hiperaktif

Anda mungkin heran apabila melihat anak kecil yang berlarian ke sana-kemari seolah tidak ada rasa lelah. Anak kecil memang menyukai aktivitas eksplorasi, di mana ia akan sangat aktif bergerak, berlari atau melompat. Bahkan ketika sakit pun sepertinya ia tidak kehabisan tenaga untuk terus bergerak. Inilah yang kemudian membuat anak disebut sebagai anak hiperaktif sehingga para orang tua mulai mencari cara menghadapi anak hiperaktif.

Ciri-Ciri Anak Hiperaktif

Bermain dan terus bermain merupakan dunia anak. Kendati demikian Anda harus tetap memantau aktivitas si kecil. Perlu diketahui jika anak kesulitan mengontrol gerak bisa menjadi tanda bahwa anak mengalami gangguan pemusatan perhatian. Gangguan pemusatan perhatian ini hanya salah satu indikasinya, sehingga jangan lantas melabeli anak yang aktif sebagai anak hiperaktif apa lagi nakal. Lebih dari itu, anak yang hiperaktif pun belum tentu nakal.

Lantas apa saja ciri-ciri dari anak hiperaktif? Berikut uraiannya.

1. Perkembangan motorik dan bahasa melambat

Anak yang memiliki kecenderungan hiperaktif memungkinkan mempunyai tingkat kecerdasan yang rendah. Ini disebabkan informasi yang diterima anak tidak dicerna secara penuh. Ya, karena belum selesai menerima proses transfer informasi, si kecil sudah berlarian. Namun kecerdasan ini juga dipengaruhi faktor genetik, sehingga tidak sedikit anak hiperaktif yang cerdas.

2. Kesulitan fokus

Anak yang hiperaktif dikenal sebagai anak yang tidak bisa diam. Gerakan yang dilakukan pun seringkali tidak sesuai arah. Inilah yang kemudian membuat anak tidak bisa fokus ketika mengerjakan sesuatu. Perlu penerapan cara menghadapi anak hiperaktif yang tepat untuk mengatasi hal ini.

Contohnya adalah, ketika si kecil tengah asyik main puzzle, tapi ada teman sepermainannya yang bermain robot, maka si kecil akan cenderung berfokus pada mainan yang dibawa temannya. Oleh karena itu penting untuk dipahami bahwa anak hiperaktif belum tentu nakal, hanya saja anak tidak bisa berkonsentrasi lebih dari 5 menit. Meski begitu bukan berarti Anda bisa melabeli si kecil dengan kata “nakal”.

3. Mudah mengalami frustasi

Dikarenakan anak tidak bisa fokus atau konsentrasi dalam waktu yang lama, ini juga bisa membuat anak mengalami frustasi. Misalnya ketika si kecil tidak mampu menyelesaikan puzzle yang tengah disusunnya, maka bukan tidak mungkin anak akan langsung marah dan merusak benda di sekitar untuk meluapkan rasa jengkelnya.

Sangat disayangkan apabila ada anak yang dilabeli nakal hanya karena si kecil memiliki perilaku hiperaktif. Sedangkan hiperaktif ini memang disebabkan adanya gangguan atau kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak. Hal ini yang membuat masa konsentrasi anak lebih singkat. 

Adanya kerusakan pada sistem saraf pusat dan otak ini disebabkan oleh beberapa hal; epilepsi, pengaruh lingkungan, malfungsi otak atau bisa juga karena bawaan dari lahir. Selain itu, faktor lainnya adalah adanya trauma pada kepala, keracunan, infeksi, gizi kurang maupun alergi makanan. 

Dibutuhkan kesabaran lebih untuk bisa menghadapi anak dengan perilaku hiperaktif. Ya, pada dasarnya anak-anak ini sama seperti anak-anak pada umumnya, namun cara menghadapi anak hiperaktif ini harus diterapkan dengan tepat. 

Perlu diketahui juga untuk tidak langsung mendiagnosa bahwa anak mengalami gangguan pemusatan perhatian hanya karena anak memiliki intensitas gerak yang tinggi. Konsultasikan pada dokter anak untuk mendapatkan wawasan lebih perihal ini. Hindari membuat asumsi-asumsi yang justru membuat Anda kesulitan membedakan antara anak yang aktif dan anak yang nakal.
Kastolani
Kastolani

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar